Kraton Yogyakarta, Pusat Jagad Raya
Terletak di tengah poros utama yang membujur dari utara ke selatan, serta poros sekunder dari timur ke barat. Dikelilingi barisan pegunungan yang disebut Cakrawala sebagai tepian jagad.
Membentang antara Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat dunia yang digambarkan sebagai pusat jagad.
Sejarah Kraton Yogyakarta
Setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi diberi wilayah Yogyakarta. Untuk menjalankan pemerintahannya, Pangeran Mangkubumi membangun sebuah istana pada tahun 1755 di wilayah Hutan Beringan. Tanah ini dinilai cukup baik karena diapit dua sungai, sehingga terlindung dari kemungkinan banjir. Raja pertama di Kesultanan Yogyakarta adalah Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I (HB I).
Penamaan dan Makna Tata Letak
Karaton, Keraton atau Kraton, berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat tinggal ratu/raja. Sedang arti lebih luas, diuraikan secara sederhana, bahwa seluruh struktur dan bangunan wilayah Kraton mengandung arti berkaitan dengan pandangan hidup Jawa yang essensial, yakni Sangkan Paraning Dumadi (dari mana asalnya manusia dan kemana akhirnya manusia setelah mati).
Garis besarnya, wilayah Kraton memanjang 5 km ke arah selatan hingga Krapyak dan 2 km ke utara berakhir di Tugu. Pada garis ini terdapat garis linier dualisme terbalik, sehingga bisa dibaca secara simbolik filosofis. Dari arah selatan ke utara, sebagai lahirnya manusia dari tempat tinggi ke alam fana, dan sebaliknya sebagai proses kembalinya manusia ke sisi Dumadi (Tuhan dalam pandangan Jawa). Sedangkan Kraton sebagai jasmani dengan raja sebagai lambang jiwa sejati yang hadir ke dalam badan jasmani.
Kraton menuju Tugu juga diartikan sebagai jalan hidup yang penuh godaan. Pasar Beringharjo melambangkan godaan wanita. Sedangkan godaan akan kekuasaan dilambangkan lewat Gedung Kepatihan. Keduanya terletak di sebelah kanan. Jalan lurus itu sendiri sebagai lambing manusia yang dekat dengan Pencipta (Sankan Paraning Dumadi).
Secara sederhana, Tugu perlambangan Lingga (laki-laki) dan Krapyak sebagai Yoni (perempuan). Dan Kraton sebagai jasmani yang berasal dari keduanya.
Makna Tata Ruang Kraton Yogyakarta
Setelah diguncang gempa tahun 1867, Kraton mengalami kerusakan berat. Pada masa HB VII tahun 1889, bangunan tersebut dipugar. Meski tata letaknya masih dipertahankan, namun bentuk bangunan diubah seperti yang terlihat sekarang
Tugu dan Bangsal Manguntur Tangkil atau Bangsal Kencana (tempat singgasana raja), terletak dalam garis lurus, ini mengandung arti, ketika Sultan duduk di singgasananya dan memandang ke arah Tugu, maka beliau akan selalu mengingat rakyatnya (manunggaling kawula gusti).
Tatanan Kraton sama seperti Kraton Dinasti Mataram pada umumnya. Bangsal Kencana yang menjadi tempat raja memerintah, menyatu dengan Bangsal Prabayeksa sebagai tempat menyimpan senjata-senjata pusaka Kraton (di ruangan ini terdapat lampu minyak Kyai Wiji, yang selalu dijaga abdi dalem agar tidak padam), berfungsi sebagai pusat. Bangsal tersebut dilingkupi oleh pelataran Kedhaton, sehingga untuk mencapai pusat, harus melewati halaman yang berlapis-lapis menyerupai rangkaian bewa (ombak) di atas lautan.
Tatanan spasial Kraton ini sangat mirip dengan konstelasi gunung dan dataran Jambu Dwipa, yang dipandang sebagai benua pusatnya jagad raya.
Dari utara ke selatan area Kraton berturut-turut terdapat Alun-Alun Utara, Siti Hinggil Utara, Kemandhungan Utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan Selatan, Siti Hinggil Selatan dan Alun-Alun Selatan (pelataran yang terlindung dinding tinggi).
Sedangkan pintu yang harus dilalui untuk sampai ke masing-masing tempat berjumlah sembilan, disebut Regol. Dari utara terdapat gerbang, pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.
Brongtodiningrat memandang penting bilangan ini, sebagai bilangan tertinggi yang menggambarkan kesempurnaan. Hal ini terkait dengan sembilan lubang dalam diri manusia yang lazim disebut babahan hawa sanga.
Kesakralan setiap bangunan Kraton, diindikasikan dari frekuensi serta intensitas kegiatan Sultan pada tempat tersebut.
Alun-Alun, Pagelaran, dan Siti Hinggil, pada tempat ini Sultan hanya hadir tiga kali dalam setahun, yakni pada saat Pisowan Ageng Grebeg Maulud, Sawal dan Besar. Serta kesempatan yang sangat insidental yang sangat khusus misal pada saat penobatan Sultan dan Penobatan Putra Mahkota atau Pangeran Adipati Anom.
Kraton Yogyakarta memanglah bangunan tua, pernah rusak dan dipugar. Dilihat sekilas seperti bangunan Kraton umumnya. Tetapi bila kita mendalami Kraton Yogyakarta, yang merupakan contoh terbesar dan terindah dengan makna simbolis, sebuah filosofi kehidupan, hakikat seorang manusia, bagaimana alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya dan berbagai perlambangan eksistensi kehidupan terpendam di dalamnya.
Hotel dekat Kraton
Biro wisata ke Kraton
- Alam-Persada
- Blue-Earth
- Chacha-Tour
- Great-Tour
- GUW-Tours
- Javaindo-Tours
- Manunggal
- Mekar-Wisata
- Metro-Tour-Travel
- MJ-Tours
- Sapta-Pari
- Spoorindo-Tour
- Sweety-Tour
- Trend-Tour
Tempat Menarik Lain di Yogyakarta
- Agrowisata Turi, Menikmati Salak Pondoh di Taman Buah
- Alun-Alun Kidul Yogyakarta, Mencari Ketenangan Hati dan Berkah
- Menapaki Istana Pertama Ngayogyakarta Hadiningrat
- Angkringan Lik Man, Menikmati Malam di Yogyakarta bersama Kopi Joss
- Adisutijpto, Bandara Internasional di Yogyakarta
- Beringharjo, Pasar Tradisional Terlengkap di Yogyakarta
- Bintaran, dari Kediaman Pangeran Bintoro ke Kawasan Indisch
- "Matahari" dalam Senjakala Bioskop Permata
- Banyusumurup, Desa Kerajinan Aksesoris Keris
- Kampung Serangan, Mengunjungi Kediaman Para Penatah Keris
- Pasar Gabusan, Surga Kerajinan Bantul
- Cerita Mural di Perempatan Galeria
- Gereja Ganjuran, Bertemu Yesus dalam Wajah Jawa
- Pesanggrahan Gua Siluman Yang Misterius
- Kaliurang, Plesir ala Nyonya dan Meneer
- Kasongan, Memburu Keramik di Pemukiman Kundi
- Kampung Kauman, Pesona Perjuangan Islam
- Kotabaru, Jelajah ke Kota Taman Tua
- Kotagede, Menikmati Pesona Kota Tua
- Taman Mural di Kolong Jembatan Layang Lempuyangan
- Loji-Loji, Kawasan Indisch Pertama di Yogyakarta
- Malioboro, Bernostalgia di Surga Cinderamata
- Masjid Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakarta
- Dusun Mlangi, Wisata Religius Islami
- Ngasem, Pasar Burung Tertua di Yogyakarta
- Pabrik Tegel Kunci, Mengenal Produksi Ubin-Ubin Klasik
- Panggung Krapyak, Tempat Raja-Raja Berburu
- Pasar Klithikan Yogyakarta, Berburu Barang Bekas dan Unik
- Pabrik Cerutu Taru Martani, Legenda Cigar van Java
- Pecinan Yogyakarta, Kawasan Dagang Bersejarah
- Pabrik Gula Madukismo dan Besi Jembatan Sungai Kwai di Thailand
- Prawirotaman, Kampung Batik dan Penginapan Yang Mendunia
- Puncak Suroloyo, Meneropong Borobudur dari Pertapaan Sultan Agung
- Istana Ratu Boko, Kemegahan di Bukit Penuh Kedamaian
- "Berpetualang" Menyusuri Selokan Mataram
- Sendang Sono, Lourdes-nya Indonesia
- Sendang Sriningsih, Perantara Rahmat Tuhan
- Sosrokusuman, dari Penginapan Murah hingga Wayang Kancil
- Sosrowijayan, Kampung Turis di Pusat Kota Yogyakarta
- Stasiun Tugu, Salah Satu Pemberhentian Kereta Tertua di Indonesia
- Tamansari (Taman Sari)
- Giwangan, Terminal Tipe A Terbesar di Indonesia
- WANAGAMA, Sepenggal Kisah Reboisasi Hingga Pohon Jati Pangeran Charles
- Pesanggrahan Warungboto dan Pesona Taman Air Abad 19
kota yg indah.wkwkw
BalasHapusbagus-bagus...ini baru anak jogya..og gag ndalangnya sekalian??
BalasHapustak dukung pastinya..
terus pelajari sejarah,tempat-tempat yang ada di jogja..
hidup djogdja..hiphip..huhuuuu..
wah ini mmang artikel terkeren.mu dho...
BalasHapusckkk