Minggu, 18 April 2010

Futsal Indonesia

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan.

Futsal turut juga dikenali dengan berbagai nama lain. Istilah "futsal" adalah istilah internasionalnya, berasal dari kata Spanyol atau Portugis, futbol dan sala.

SEJARAH

Futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan, terutamanya di Brasil. Ketrampilan yang dikembangkan dalam permainan ini dapat dilihat dalam gaya terkenal dunia yang diperlihatkan pemain-pemain Brasil di luar ruangan, pada lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Brasil, contohnya, mengembangkan bakatnya di futsal. Sementara Brasil terus menjadi pusat futsal dunia, permainan ini sekarang dimainkan di bawah perlindungan Fédération Internationale de Football Association di seluruh dunia, dari Eropa hingga Amerika Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, dan Oseania.

Pertandingan internasional pertama diadakan pada tahun 1965, Paraguay menjuarai Piala Amerika Selatan pertama. Enam perebutan Piala Amerika Selatan berikutnya diselenggarakan hingga tahun 1979, dan semua gelaran juara disapu habis Brasil. Brasil meneruskan dominasinya dengan meraih Piala Pan Amerika pertama tahun 1980 dan memenangkannya lagi pada perebutan berikutnya tahun pd 1984.

Kejuaraan Dunia Futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum anggota-anggotanya bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil, tahun 1982, berakhir dengan Brasil di posisi pertama. Brasil mengulangi kemenangannya di Kejuaraan Dunia kedua tahun 1985 di Spanyol, tetapi menderita kekalahan dari Paraguay dalam Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di Australia.

Pertandingan futsal internasional pertama diadakan di AS pada Desember 1985, di Universitas Negeri Sonoma di Rohnert Park, California. Futsal The Rule of The Game

Peraturan

Lapangan permainan

  1. Ukuran: panjang 25-42 m x lebar 15-25 m
  2. Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; 3 m lingkaran tengah; tak ada tembok penghalang atau papan
  3. Daerah penalti: busur berukuran 6 m dari setiap pos
  4. Garis penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang
  5. Garis penalti kedua: 12 m dari titik tengah garis gawang
  6. Zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan
  7. Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m
  8. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif

Bola

  1. Ukuran: 4 cm
  2. Keliling: 62-64 cm
  3. Berat: 390-430 gram
  4. Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama
  5. Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yaitu, tak berbahaya)

Jumlah pemain (per tim)

  1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 5, salah satunya penjaga gawang
  2. Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan: 2
  3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 7
  4. Jumlah wasit: 1
  5. Jumlah hakim garis: 2
  6. Batas jumlah pergantian pemain: tak terbatas
  7. Metode pergantian: "pergantian melayang" (semua pemain kecuali penjaga gawang boleh memasuki dan meninggalkan lapangan kapan saja; pergantian penjaga gawang hanya dapat dilakukan jika bola tak sedang dimainkan dan dengan persetujuan wasit)

Perlengkapan pemain

  1. Kaos bernomor
  2. Celana pendek
  3. Kaos kaki
  4. Pelindung lutut
  5. Alas kaki bersolkan karet

Lama permainan

  1. Lama normal: 2x20 menit
  2. Lama istiharat: 10 menit
  3. Lama perpanjangan waktu: 2x10 menit
  4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan waktu selesai
  5. Time-out: 1 per tim per babak; tak ada dalam waktu tambahan

Piala Dunia Futsal FIFA

Piala Dunia Futsal AMF

Sabtu, 17 April 2010

Kraton Ngayogyakarto

Kraton Yogyakarta, Pusat Jagad Raya

Terletak di tengah poros utama yang membujur dari utara ke selatan, serta poros sekunder dari timur ke barat. Dikelilingi barisan pegunungan yang disebut Cakrawala sebagai tepian jagad.

  • Kraton (1)
  • Kraton (2)
  • Kraton (3)
  • Kraton (4)
  • Kraton (5)

Membentang antara Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan sebagai pusat dunia yang digambarkan sebagai pusat jagad.

Sejarah Kraton Yogyakarta

Setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi diberi wilayah Yogyakarta. Untuk menjalankan pemerintahannya, Pangeran Mangkubumi membangun sebuah istana pada tahun 1755 di wilayah Hutan Beringan. Tanah ini dinilai cukup baik karena diapit dua sungai, sehingga terlindung dari kemungkinan banjir. Raja pertama di Kesultanan Yogyakarta adalah Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I (HB I).

Penamaan dan Makna Tata Letak

Karaton, Keraton atau Kraton, berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat tinggal ratu/raja. Sedang arti lebih luas, diuraikan secara sederhana, bahwa seluruh struktur dan bangunan wilayah Kraton mengandung arti berkaitan dengan pandangan hidup Jawa yang essensial, yakni Sangkan Paraning Dumadi (dari mana asalnya manusia dan kemana akhirnya manusia setelah mati).

Garis besarnya, wilayah Kraton memanjang 5 km ke arah selatan hingga Krapyak dan 2 km ke utara berakhir di Tugu. Pada garis ini terdapat garis linier dualisme terbalik, sehingga bisa dibaca secara simbolik filosofis. Dari arah selatan ke utara, sebagai lahirnya manusia dari tempat tinggi ke alam fana, dan sebaliknya sebagai proses kembalinya manusia ke sisi Dumadi (Tuhan dalam pandangan Jawa). Sedangkan Kraton sebagai jasmani dengan raja sebagai lambang jiwa sejati yang hadir ke dalam badan jasmani.

Kraton menuju Tugu juga diartikan sebagai jalan hidup yang penuh godaan. Pasar Beringharjo melambangkan godaan wanita. Sedangkan godaan akan kekuasaan dilambangkan lewat Gedung Kepatihan. Keduanya terletak di sebelah kanan. Jalan lurus itu sendiri sebagai lambing manusia yang dekat dengan Pencipta (Sankan Paraning Dumadi).

Secara sederhana, Tugu perlambangan Lingga (laki-laki) dan Krapyak sebagai Yoni (perempuan). Dan Kraton sebagai jasmani yang berasal dari keduanya.

Makna Tata Ruang Kraton Yogyakarta

Setelah diguncang gempa tahun 1867, Kraton mengalami kerusakan berat. Pada masa HB VII tahun 1889, bangunan tersebut dipugar. Meski tata letaknya masih dipertahankan, namun bentuk bangunan diubah seperti yang terlihat sekarang

Tugu dan Bangsal Manguntur Tangkil atau Bangsal Kencana (tempat singgasana raja), terletak dalam garis lurus, ini mengandung arti, ketika Sultan duduk di singgasananya dan memandang ke arah Tugu, maka beliau akan selalu mengingat rakyatnya (manunggaling kawula gusti).

Tatanan Kraton sama seperti Kraton Dinasti Mataram pada umumnya. Bangsal Kencana yang menjadi tempat raja memerintah, menyatu dengan Bangsal Prabayeksa sebagai tempat menyimpan senjata-senjata pusaka Kraton (di ruangan ini terdapat lampu minyak Kyai Wiji, yang selalu dijaga abdi dalem agar tidak padam), berfungsi sebagai pusat. Bangsal tersebut dilingkupi oleh pelataran Kedhaton, sehingga untuk mencapai pusat, harus melewati halaman yang berlapis-lapis menyerupai rangkaian bewa (ombak) di atas lautan.

Tatanan spasial Kraton ini sangat mirip dengan konstelasi gunung dan dataran Jambu Dwipa, yang dipandang sebagai benua pusatnya jagad raya.

Dari utara ke selatan area Kraton berturut-turut terdapat Alun-Alun Utara, Siti Hinggil Utara, Kemandhungan Utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan Selatan, Siti Hinggil Selatan dan Alun-Alun Selatan (pelataran yang terlindung dinding tinggi).

Sedangkan pintu yang harus dilalui untuk sampai ke masing-masing tempat berjumlah sembilan, disebut Regol. Dari utara terdapat gerbang, pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.

Brongtodiningrat memandang penting bilangan ini, sebagai bilangan tertinggi yang menggambarkan kesempurnaan. Hal ini terkait dengan sembilan lubang dalam diri manusia yang lazim disebut babahan hawa sanga.

Kesakralan setiap bangunan Kraton, diindikasikan dari frekuensi serta intensitas kegiatan Sultan pada tempat tersebut.

Alun-Alun, Pagelaran, dan Siti Hinggil, pada tempat ini Sultan hanya hadir tiga kali dalam setahun, yakni pada saat Pisowan Ageng Grebeg Maulud, Sawal dan Besar. Serta kesempatan yang sangat insidental yang sangat khusus misal pada saat penobatan Sultan dan Penobatan Putra Mahkota atau Pangeran Adipati Anom.

Kraton Yogyakarta memanglah bangunan tua, pernah rusak dan dipugar. Dilihat sekilas seperti bangunan Kraton umumnya. Tetapi bila kita mendalami Kraton Yogyakarta, yang merupakan contoh terbesar dan terindah dengan makna simbolis, sebuah filosofi kehidupan, hakikat seorang manusia, bagaimana alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya dan berbagai perlambangan eksistensi kehidupan terpendam di dalamnya.

Hotel dekat Kraton

Biro wisata ke Kraton

Tempat Menarik Lain di Yogyakarta

Segitiga Bermuda & Dajjal

Quantcast

Bermula dari Florida, membawa ke Miami, Puerto Rico dan seterusnya ke

Pulau Bermuda, bentuk terkuat yang diketahui oleh manusia telah
terhasil iaitu tiga segi. Piramid berbentuk tiga segi, maka ia kukuh
hingga kini. Kalau kita ambil kayu dan ikatkan menjadi bentuk tiga segi
ia sentiasa lebih kuat daripada yang berbentuk empat segi. Begitulah
istimewanya tiga segi tetapi dalam masa yang sama ia juga menyimpan
misteri.

Bermuda Triangle berbentuk tiga segi dan ia cukup menakutkan. Anda
tentu pernah mendengar tentang misterinya Bermuda Triangle. Paling
tidak kehilangan skuadran TBM Avengers sebaik sahaja berlepas dari Fort
Lauderdale, Florida pasti mendatangkan pelbagai tanda tanya. Apa yang
ada di Bermuda Triangle?

Dikatakan apabila anda berada di sana, kompas tidak lagi menujukkan
arah ke utara. Anda dikira ‘hilang’ . Satu lagi tempat dikenali
sebagai “Devil’s Sea” oleh ahli pelayaran Jepun dan Filipina terletak
di luar dari kawasan pantai laut Jepun, juga dikatakan memiliki
keanehan serupa.

Pada ketinggian 25,300 kaki dan masih mendaki untuk mencapai 29,000
kaki, sebuah jet turbo yang dikendalikan oleh Verdi dan Lukaris
kelihatan okey. Radar di menara kawalan masih menujukkan di mana mereka
berada. Semuanya kelihatan normal. Tiba-tiba ia ghaib begitu sahaja,
seolah-olah tidak pernah wujud sebelum itu. Tidak ada tanda-tanda
menunjukkan ia jatuh ke laut atau menghadapi apa-apa kesukaran. Ia
tiba-
tiba ghaib!

Apa yang sebenarnya telah berlaku?

Teringat saya pada satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
bahawa Rasulullah s.a.w. telah bersabda, maksudnya, “Apabila salah
seorang berada di tempat yang terbuka atau di tengah matahari sedang
bersinar, lalu bayangan yang meneduhinya bergerak sehingga sebahagian
dari dirinya terletak di tempat panas dan sebahagian lagi di tempat
sejuk, maka hendaklah dia berdiri (meninggalkan tempat itu).”

Dikatakan, larangan ini kerana tempat seperti itu adalah tempat yang
paling digemari oleh syaitan. Jadi apa kaitannya dengan Bermuda
Triangle? Kawasan ini terletak di perairan Atlantik di pertengahan
antara benua Amerika Utara dengan Afrika. Secara mudah, lokasi ini
adalah kawasan pertembungan dua arus – panas dari Afrika dan sejuk dari
Amerika Utara.

Dengan hadis ini maka terjawablah misteri Bermuda Triangle. Perkara-
perkara aneh yang berlaku itu tentu antara lain disebabkan pertembungan
antara panas dan sejuk dan ‘istana’ syaitan yang mungkin tersembunyi di
situ.

Malah saya pernah membaca sebuah buku bertajuk “Dajjal akan Muncul dari
Kerajaan Jin di Segi tiga Bermuda” oleh Sheikh Muhammad Isa Dawuud dari
Mesir yang mendedahkan bahawa kawasan Bermuda Triangle adalah kawasan
jin di mana dari situlah akan muncul dajjal. Jika benar dakwaan buku
ini, tidak syak lagi apa yang disabdakan oleh Nabi s.a.w. itu nyata
mendahului zaman. Sekaligus ia membuktikan Islam memiliki semua
jawapan untuk semua persoalan.

Hilangnya dua tanker tambun KC-135 AU AS di 900 mil sebelah timur-laut Miami pada 1963 menambah pekat misteri Segitiga Bermuda. Akibat vile vortices, magnetisme, atau proyek rahasia AS?

Hari itu, Rabu, tanggal 28 Agustus 1963. Sebagimana tugas rutin lainnya,dua pemasok bahan bakar di udara KC-135 siap diminta terbang kemana saja. Dan, siang hari itu tanpa beban firasat apa-apa, keduanya melenggang begitu saja setelah mendapat perintah terbang ke arah Lautan Atlantik. Dengan 25.000 galon bahan bakar jet beroktan tinggi diperutnya, mereka ditugasi mengisi bahan bakar ke sejumlah pesawat militer AS di udara. Lepas landas dari pangkalannya di Lanud Homestead, Florida, dengan kecepatan jelajah 600 mil per jam, keduanya lalu mengejar buruannya masing-masing ke lokasi yang telah ditentukan. Kontak radio terjadi ketika pilotnya melapor posisi pada 900 mil sebelah timur-laut Miami, kira-kira tengah hari. Namun setelah itu kedua tanker sehaga empat juta dollar ini seolah ditelan langit. Kedua pesawat dengan 11 awaknya tersebut tiba-tiba raib begitu saja.

Setelah menara Homestead menunggu hingga batas waktu kedatangan (ETA) pada jam 14.00 waktu setempat keduanya tak muncul, notam bahwa keduanya hilang dalam tugas pun disebar. Satu-satunya jejak awal yang berhasil didapat adalah laporan dari pilot KC-135 lainnya yang telah lebih dulu mendarat. Pilotnya mengatakan bahwa mereka sempat berpapasan di udara sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Mereka lenyap begitu saja setelah mengisi tanki dua pembom jet B47 milik AU AS di atas Atlantik.

Mengantisipasi raibnya kedua stratotanker, pihak Lanud Homestead pun segera mengerahkan upaya pencarian. Sekitar 24 pesawat dikerahkan ke 900 mil sebelah timur-laut Miami, lokasi dimana kontak terakhir itu terjadi. Tetapi hingga tengah malam tak sebuah pecahan dan benda yang mencurigakan ditemukan. Keesokan harinya, upaya pencarian kembali dikerahkan. Kali itu kekuatan dilipatgandakan, dan empat kapal pencari Pasukan Pengaman Pantai AS (US Coast Guard) ikut mendukung. Namun hasilnya tetap sama saja. Nihil. Sesuai prosedur, untuk sementara upaya pencarian dihentikan dan laporan mengenai hilangnya kedua KC-135 pun disiarkan ke berbagai pihak. Termasuk ke berbagai media penerbitan dan siaran televisi.

Diluar dugaan, dua hari setelah kejadian, sebuah pesawat milik AU AS tiba-tiba melihat jejak terhampar di laut masih di sekitar posisi yang dicurigai. Dan setelah dihampiri, ternyata di sana mereka menemukan helm pilot, life jacket, kartu navigasi, panel kokpit, dan peralatan lain yang diyakini sebagai ceceran KC-135 yang nahas. Tak berapa lama kemudian ditemukan lagi ceceran lain yang diduga milik KC-135 kedua. Karena jarak ceceran yang satu dengan yang lain sekitar 160 mil, teori yang mengatakan bahwa kedua pesawat bertabrakan di udara seperti yang santer dibicarakan pun ‘gugur’.

Lalu apa yang menyebabkan kedua pesawat sama-sama hancur dalam waktu yang diduga bersamaan pada jarak yang lumayan agak berjauhan? Teori kerusakan mesin sulit sekali diterima mengingat tingkat koinsidensinya kecil sekali. Faktor eksternal-kah?

Magnet atau UFO?

Bagi sementara kalangan yang mukim di wilayah Miami dan sekitarnya, nahas yang dialami awak Homestead tersebut memang misteri, namun mereka bisa ‘memahaminya’ karena kasus-kasus seperti ini seolah kerap terjadi di beranda mereka. Kedua KC-135 berikut 11 awaknya itu adalah korban kesekian dari ‘keganasan’ Segitiga Bermuda. Namun, seperti yang sudah-sudah, memang jarang sekali ada penjelasan dari kasus-kasus hilangnya kapal atau pesawat terbang di wilayah paling angker dari Lautan Atlantik, yang dibatasi Pulau Bermuda di sebelah Utara, Florida di sebelah Barat, dan Puerto Rico di sebelah Timur ini.

Alkisah mengatakan, laut dan udara di wilayah ini tak pernah menunjukkan gejala gangguan apa-apa menjelang pesawat atau kapal tiba-tiba hilang di sini. Kesan inilah yang membuat opini bahwa sampai-sampai pilot atau nakhoda tak pernah sempat lagi mengambil langkah untuk menghindar. Dan, fenomena yang terjadi di sana memang seolah terlalu dahsyat untuk dihindari. Kesan ini pun seolah membenarkan laporan yang diumumkan jurubicara Lanud Schilling, bahwa tak ada distress call menjelang musibah itu terjadi.

Menanggapi berbagai musibah yang telah terjadi sejak tahun 40-an, selanjutnya memang melahirkan berbagai teori yang kadang terdengar ajaib. Karena gejala umum yang kerap dilaporkan adalah kehilangan orientasi, sejumlah pihak menyebut; penyebabnya mungkin abrasi atmosfer, gangguan magnetik dan gravitasi, gempa di dasar laut, atau gelombang tidal. Lebih jauh, karena sebagian besar korban tak bisa ditemukan di sekitar reruntukan seperti juga yang terjadi pada kasus KC-135 ini , peristiwanya kemudian juga dikait-kaitkan dengan upaya penculikan oleh sekelompok makhluk asing (UFO) yang kabarnya sering mondar-mandir di sana.

Sebuah upaya penelitian ilmiah bukannya belum pernah dicobakan di sini. Paling tidak hal ini pernah dilakukan pemerintah AS dengan mengirim kapal tanpa awak yang dikendalikan dengan remote-control. Namun demikian, kapal yang dipenuhi bermacam-macam sensor penjejak dan pencatat ini, sayangnya, tak pernah juga berhasil mencatat gejala-gejala yang mencurigakan. Inilah yang membuat seluruh misteri di Segitiga Bermuda tak kunjung mendapat penjelasan yang memuaskan secara ilmiah. Hingga kini.

Dilain pihak, kenyataan inilah yang uniknya kerap membuat para ilmuwan dunia bertanya-tanya. Dunia telah merengkuh temuan dan pemahaman yang begitu tinggi dalam bidang science dan wahana tanpa awak, akan tetapi mengapa fenomena ‘di depan mata itu’ tak pernah juga bisa disibak? Tak kurang dari Zadrach L. Dupe, pakar dari Departemen Geofisika dan Meteorologi ITB, mengungkap ironi tersebut kepada Angkasa, akhir September lalu di Jakarta. Itu sebabnya, ia mencurigai seperti juga yang diantisipasi ilmuwan dunia lainnya ada satu atau beberapa negara adidaya yang berdiri di belakang berbagai misteri tersebut. Perkiraan ini nampaknya tak berlebihan, mengingat pada tahun 60-an, sebuah badan penyelidik Kanada pernah memergoki pemerintah AS tengah mengupayakan sebuah proyek dengan peralatan magnet besar yang beberapa tahun kemudian diakui sebagai Project Magnet. Proyek seperti ini sangat mungkin berpengaruh karena bisa mengakibatkan pesawat atau kapal celaka akibat disorientasi.

Akan tetapi, dugaan seperti itu termasuk juga dugaan bahwa di bawah wilayah ‘keramat’ itu mengandung logam yang bisa menciptakan gangguan magnet sekali lagi tak pernah menjawab pertanyaan yang sudah kepalang rumit. Diantara yang paling misterius, diantaranya saja, mengapa dari hampir semua wahana yang berhasil ditemukan reruntukannya, tak pernah ditemukan korban (manusia). Mereka seolah hilang tanpa jejak. Pecinta kisah misteri mungkin masih ingat dengan kasus hilangnya lima pembom TBM Avenger AL AS yang raib di sana pada Desember 1945 tak berapa lama setelah lepas landas dari pangkalannya di Fort Launderdale, Florida. Pesawat-pesawat ini pada awal tahun 90-an akhirnya di temukan tersungkur di lepas pantai, tak jauh dari pangkalannya. Namun anehnya tak satupun reruntukannya menyisakan jejak para awaknya.

Jadi kalaupun fenemona alam bertanggung-jawab dalam misteri di Segitiga Bermuda, paling tidak ada faktor eksternal lain yang ikut bertanggung-jawab dalam misteri penghilangan para awaknya. Dalam hal ini yang dimaksud, adalah sebuah komunitas asing yang peduli benar terhadap kekhasan manusia.

Tugu Jogja

Tugu Jogja, Landmark Kota Jogja yang Paling Terkenal

Tugu Jogja memendam makna filosofis tentang semangat perlawanan atas penjajahan dan kini menjadi landmark yang sangat lekat dengan Kota Jogja. Ada juga tradisi memeluk atau mencium tugu ini ketika lulus kuliah.

  • Tugu Jogja (1)
  • Tugu Jogja (2)
  • Tugu Jogja (3)
  • Tugu Jogja (4)

Tugu Jogja, Landmark Kota Jogja yang Paling Terkenal

Tugu Jogja merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berusia hampir 3 abad memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah kota Yogyakarta.

Tugu Jogja kira-kira didirikan setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri. Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga disebut Tugu Golong-Gilig.

Secara rinci, bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas. Bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar sementara bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25 meter.

Semuanya berubah pada tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncang Yogyakarta saat itu membuat bangunan tugu runtuh. Bisa dikatakan, saat tugu runtuh ini merupakan keadaan transisi, sebelum makna persatuan benar-benar tak tercermin pada bangunan tugu.

Keadaan benar-benar berubah pada tahun 1889, saat pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu. Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.

Perombakan bangunan itu sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja. Namun, melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung sesudahnya, bisa diketahui bahwa upaya itu tidak berhasil.

Bila anda ingin memandang Tugu Jogja sepuasnya sambil mengenang makna filosofisnya, tersedia bangku yang menghadap ke tugu di pojok Jl. Pangeran Mangkubumi. Pukul 05.00 - 06.00 pagi hari merupakan saat yang tepat, saat udara masih segar dan belum banyak kendaraan bermotor yang lalu lalang. Sesekali mungkin anda akan disapa dengan senyum ramah loper koran yang hendak menuju kantor sirkulasi harian Kedaulatan Rakyat.

Sore hingga tengah malam, ada penjual gudeg (masakan khas Yogyakarta) di pojok Jl. Diponegoro. Gudeg di sini terkenal enak dan harganya wajar. Anda bisa makan secara lesehan sambil menikmati pemandangan ke arah Tugu Jogja yang sedang bermandikan cahaya.

Begitu identiknya Tugu Jogja dengan Kota Yogyakarta, membuat banyak mahasiswa perantau mengungkapkan rasa senangnya setelah dinyatakan lulus kuliah dengan memeluk atau mencium Tugu Jogja. Mungkin hal itu juga sebagai ungkapan sayang kepada Kota Yogyakarta yang akan segera ditinggalkannya, sekaligus ikrar bahwa suatu saat nanti ia pasti akan mengunjungi kota tercinta ini lagi.

Selasa, 12 Januari 2010